Sebuah band tak mungkin bertahan selama 23 tahun tanpa mengalami masalah. Sebaliknya, sebuah band juga tak mungkin bertahan selama 23 tahun tanpa terus menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Itulah Gigi. Sejak resmi berdiri di Jakarta pada tanggal 22 Maret 1994, ada-ada saja hambatan yang harus mereka hadapi dan siasati. Setelah masing-masing anggotanya cukup lama mengadu nasib sendiri-sendiri di dunia musik Indonesia, akhirnya Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bas), Ronald Fristianto (drum), Aria Baron Arafat (gitar) dan Armand Maulana (vokal) memutuskan untuk bersatu. Lancarnya proses penciptaan lagu sejak latihan pertama membuat mereka yakin bahwa band itu adalah ide baik. Sejumlah pemilik perusahaan rekaman merasa sebaliknya, dan meragukan Gigi akan bertahan lama karena berisi orang-orang yang sudah terbiasa menjadi musisi panggilan untuk siapa pun yang membutuhkan jasanya sehingga takkan betah jika harus fokus di satu band.
Walau demikian, Gigi berhasil mengeluarkan album perdana Angan di tahun 1994. Dengan “Angan” dan “Ku Ingin” sebagai lagu andalan, perpaduan antara vokal ekspresif Armand, isian gitar unik Budjana yang terpengaruh jazz dengan raungan distorsi gitar Baron yang suka rock, serta meleburnya Thomas dan Ronald menjadi rhythm section yang dahsyat menawarkan sesuatu yang berciri kuat di antara band-band Indonesia lain.
Album kedua Dunia di tahun 1995 semakin mempopulerkan Gigi berkat single “Janji” dan “Yang T’lah Berlalu (Nirwana)”, namun di saat rekaman Baron sudah punya berencana pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan sekolah setelah menyelesaikan pembuatan album tersebut. Setelah pengunduran diri Baron, Gigi jalan berempat dengan Budjana sebagai gitaris tunggal – sebuah format yang dipertahankan hingga saat ini – dan di tahun 1996 mereka langsung mempersiapkan album ketiga, 3/4 yang berisi lagu-lagu andalan “Oo…Oo…Oo” dan “Damainya Cinta”.
Malangnya, pada saat itu Thomas sedang mengalami ketergantungan obat-obatan yang membuatnya sulit diandalkan dalam rekaman maupun pertunjukan. Kondisi Thomas yang dinilai tak memungkinkan untuk menjalankan komitmen tur Gigi untuk mempromosikan 3/4 membuat posisinya di panggung digantikan oleh Opet Alatas, teknisi bas Thomas yang naik pangkat karena mereka butuh pengganti dalam waktu cepat dan Opet yang paling hafal permainan bas Thomas. Sadar bahwa kondisinya menghambat Gigi, Thomas mengundurkan diri pada Mei 1996. Pada November di tahun yang sama, Ronald – yang sudah berteman dekat dengan Thomas sebelum mendirikan Gigi – ikut mengundurkan diri karena merasa tidak betah lagi akibat konflik personal dengan anggota lainnya.
Tersisa berdua, Armand sempat mengusulkan ke Budjana agar Gigi dibubarkan saja dan mereka berdua membentuk duo yang bernama Duo. Sebaliknya, Budjana mengusulkan agar mereka meluangkan waktu seminggu tanpa saling berkomunikasi agar bisa berkontemplasi. Alhasil, Armand dan Budjana sepakat untuk terus berkarya bersama Gigi, dan melibatkan Opet serta Budhy Haryono, yang menggantikan Ronald pada drum. Walau dalam keadaan sekarat, Gigi malah nekat menggadaikan rumah Budjana agar bisa mendapat dana pinjaman untuk rekaman di Los Angeles, Amerika Serikat dengan bantuan musisi-musisi berkaliber tinggi seperti Billy Sheehan, Eric Marienthal, Arturo Velasco dan Harry Kim. Album yang dihasilkan formasi baru Gigi ini, 2×2, dilepas pada tahun 1997 dengan single “Kurindukan”, namun sayangnya tidak mendapat respons yang bagus dari segi penjualan.
Meskipun 2×2 jeblok secara penjualan, Gigi mampu bangkit lagi. Album Kilas Balik di tahun 1998 berhasil membawa Gigi kembali ke puncak, berkat single berisi musik yang semakin kaya seperti “Terbang” yang menampilkan unsur musik elektronik dan “Rindukan Damai” dengan penyanyi seriosa Pranawengrum Katamsi. Kilas Balik juga merupakan album terakhir bersama Opet, yang memutuskan untuk mengundurkan diri setelah tur selesai dengan syarat Thomas masuk kembali. Kebetulan Thomas sudah berhasil lepas dari adiksinya, dan masih kontak-kontakan dengan anggota Gigi saat keluar masuk rehabilitasi, sehingga langsung setuju ketika diajak ikut kembali untuk pembuatan album selanjutnya.
Setelah tak pernah berhasil membuat lebih dari dua album dengan formasi yang sama, Gigi di era Armand, Budjana, Budhy dan Thomas cukup solid dan produktif. Mereka menghasilkan album Baik di tahun 1999 (dengan single “Hinakah?”, “Sedikit Saja” and “Aku”), Untuk Semua Umur di tahun 2001 (dengan single “Jomblo” dan “Diva”) dan Salam Kedelapan di tahun 2003 (dengan single “Perihal Cinta” dan “Terima Saja”),